Sejarah Indonesia kelas XII (Pertemuan ke 1)
KEGIATAN PEMBELAJARAN I
A.
Tujuan Pembelajaran
Anak-anak yang Smart, setelah
kalian mempelajari materi Pemberontakan PKI Madiun dan G 30 S PKI diharapkan kalian mampu berfikir
kritis dan kreatif
untuk mampu menganalisis pemberontakan dan menguraikan peran pemerntah dalam menumpas
pemberontakan dengan mengambangkan literasi, dan mampu menyajikan hasil analisis berdasarkan hasil kerja
yang telah didiskusikan dengan kelompok dalam
bentuk terulis.
B.
Uraian Materi
1.
Pemberontakan PKI Madiun 1948
Kakah, nama kali kecil tersebut, merupakan anak cabang
Sungai Bengawan Solo yang membelah
Desa Bangunrejo Lor. Kali kecil di
tepi hutan jati itu terlihat seram. Serakan
dedaunan dan ranting memenuhi permukaan
airnya yang berwarna kelabu. Tepat di sebidang kecil tanah yang agak
menjorok ke dalam air, berdiri kokoh sebuah tugu peringatan. Ada tulisan di bagian atas yang berbunyi:
“Di sini telah gugur pahlawan-pahlawan bangsaku:
1.
Soerjo, Gubernur I Jawa Timur,
2.
Doerjat, Kombes Polisi I, dan
3.
Soerono, Kompol Polisi I.
Bermula pada bulan November 1948, ketika Presiden
Soekarno memanggil gubernur seluruh Indonesia, itu tepat
diperingati sebagai hari pahlawan di
Yogyakarta yang dihadiri para pejabat pemerintah, salah satunya adalah gubernur
Soerjo. Setelah menghadiri peringatan hari pahlawan,
Gubernur Soerjo pamit undur diri untuk pergi ke Madiun. Sebelum sampai di Madiun mobil beliau dicegat anggota Bataliyon FDR, Partai Komunis Indonesia (PKI) pimpinan Maladi
Yusuf ditengah Hutan Peleng, Kedunggalar, Ngawi.
Kendaraan yang digunakan Gubernur Soerjo dan
dua perwira polisi itu pun di bakar oleh. Ketiganya kemudian
ditelanjangi dan dicaci maki, ketiganya
diikat, lalu diseret hingga lebih dari 5 KM dengan
menggunakan kuda. Dua perwira polisi tersebut
lebih dahulu meninggal
akibat diseret. Mereka terus menyeret
Gubernur Soerjo melewati aliran sungai Bengawan Solo,
Sungai sonde, dan Kali Kakah. Di Sungai Kakah
itulah Gubernur Suryo gugur ditangan kelompok FDR tersebut. Empat hari
kemudian, jenazah Gubernur
Soerjo dan dua perwira polisi
baru ditemukan dalam kondisi sangat
mengenaskan. Jenazah itu kemudian dimakamkan di Sasono Mulyo yg terletak
di Sawahan, Kabupaten
Magetan.
Meskipun sudah 72 tahun telah berlalu namun peristiwa PKI
Madiun tak akan pernah sirna dari perjalanan panjang dinamika perkembangan politik di Indonesia. Peristiwa PKI 48 merupakan peristiwa yang kelam dengan
terenggutnya banyak nyawa terutama dari kaum ulama. Apakah sebenarnya latar belakang PKI melakukan pemberontakan dan apakah tujuan sebenarnya dari pemberontakan PKI Madiun tesebut?
Di atas kapal
USS Renville yang saat itu tengah berlabuh di Tanjung Priok telah ditanda tangani sebuah perjanjian antara
Belanda dengan Indonesia bersama Komisi Tiga
Negara (KTN) yang dikenal sebagai perjanjian Renville. Seperti yang telah
kalian pelajari pada materi sejarah
Indonesia kelas XI Penandatanganan perjanjian Renville yang dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 1948 dinilai sangat merugikan bangsa Indonesia yang baru mereka
karena wilayah Indonesia semakin
sempit.
Tokoh dalam gambar adalah orang yang dianggap
paling bertanggung jawab terhadap
penandatanganan perjanjian Renville. Persetujuan
terhadap perjanjian inilah yang
akhirnya menyebabkan kabinetnya jatuh dengan mosi tidak percaya dan anggota- anggota PNI dan Masyumi dalam kabinetnya juga ikut mundur pasca disetujuinya perjanjian Renville.
Dengan mundurnya dia dari kursi perdana mentri,
menyebabkan dia menjadi
seorang yang oposan kepada pemerintah. Kekecewaan terhadap kejatuhannya
dari kursi perdana menetri
membuatnya membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni 1948 yang mendapatkan dukungan
dari PKI, Sobsi, dan partai Sosilis. Tujuan kelompok
FDR adalah menuntut pembubaran kabinet Hatta. FDR menyerang kebijakan kabinet Hatta terkait
kebijakan reorganisasi dan rasionalisasi angkatan perang. Tujuan
yang kedua melakukan tindakan
pemogokan umum agar kondisi politik
pemerintahan menjadi tidak
stabil.
Kedatangannya Muso pada tanggal 11 Agustus 1948 disambut
gembira oleh ketua umum FDR. Kembalinya Muso dari Moskow membawa misi yang besar yaitu ingin mendirikan negara Republik Indonesia
Soviet yang berhaluan
kiri. Dalam sidang Politbiro
PKI pada 13-14 Agustus 1948, ia menawarkan resolusi yang dikenal dengan sebutan “Jalan Baru untuk Republik
Indonesia”. Dia menginginkan agar
dibentuknya kerjasama yang dipimpin oleh kaum sosialis
dan komunis untuk menentang politik
penjajahan. Oleh sebab itu Organisasi sosialis dan Komunis
melebur dalam PKI termasuk
di dalamnya adalah FDR. Muso dan Amir mendeklarasikan pimpinan di bawah mereka,
Muso dan Amir menggoyahkan kepercayaan masyarakat dengan menghasut dan membuat semua golongan menjadi bermusuhan dan saling
mencurigai satu dengan yang lain.
Di samping itu kabinet Hatta yang menggantikan kabinet Amir Syarifudin dianggap oleh PKI
kontroversial dengan kebijakannya mengenai RERA (Reorganisasi dan Rasionalisasi) angkatan bersenjata.
Amir dan Muso memanfaatkan kebijakan RERA untuk menghasut
kelompok militer yang berpandangan sosialis.
Selain menentang kebijakan
RERA, beberapa aksi juga dilakukan kelompok Amir Muso antara lain:
·
Melancarkan propaganda anti pemerintah.
·
Memprovokasi para buruh untuk melakukan mogok kerja
·
Melakukan pembunuhan-pembunuhan khusunya di Madiun
Selain ingin menjatuhkan kabinet Hatta strategi lain yang
dipakai oleh FDR dalam peristiwa pemberontakan PKI Madiun adalah dengan cara melakukan pemogokan
umum dan mnciptakan berbagai kekacauan lainnya
untuk menghilangkan ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah. Untuk memperkuat wilayah
yang telah di pimpin oleh FDR,
mereka menarik pasukan pro-FDR dari medan tempur. Untuk mengalihkan perhatian dan untuk menghadang TNI, FDR menjadikan
Madiun sebagai basis pemerintahan dan Surakarta dinjadikan sebagai daerah kacau.
Muso dan Amir berkeliling ke beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk
mempropagandakan PKI beserta programnya yang bertujuan untuk menjatuhkan wibawa pemerintah. Sambil menjelek-jelekan pemerintah, sementara itu PKI mempertajam
persaingan anatara pasukan TNI yang pro-PKI dan yang pro pemerintah. Pemberontakan PKI Madiun (Madiun Affair) di picu karena adanya
persaingan pasukan TNI yang pro-PKI dan yang propemerintah.
Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya-upaya diplomasi dengan Muso, bahkan
sampai mengikutsertakan tokoh-tokoh kiri yang lain, yaitu Tan Malaka. Namun, kondisi politik sudah terlampau panas,
sehingga pada pertengahan September 1948, pertempuran antara kekuatan-kekuatan bersenjata yang memihak PKI dengan TNI mulai meletus.
PKI dan kelompok pendukungnya kemudian
memusatkan diri di Madiun.
Muso pun kemudian
pada tanggal 18 September 1948 memproklamirkan Republik
Soviet Indonesia. Pada awal pemberontaknnya PKI membantai rakyat
dan tentara dan kaum santriyang masih setia kepada pancasila.
Melihat sepak terjang
PKI yang sangat membahayakan bagi NKRI, Presisen
Seokarno melalui siarannya
di RRI Yogyakarta menyampaikan pesan
kepada masyarakat Indonesia
betapa sangat berbahayanya PKI Muso bagi keutuhan bangsa Indonesia.
PKI Muso mempunyai tujuan untuk untuk merampat kedaulatan Indonesia yang berasaskan Pancasila
menggantinya dengan negara komunis.
Kepada Jendral Soedirman, Presiden Soekarno memberikan mandatnya untuk menumpas
pemberontakan PKI di Madiun. Soedirman
segera menugaskan kolonel
Nasution dan letkol Soeharto untuk bergerak. TNI berhasil melucuti
persenjataan FDR Yogyakarta dan
menangkap para tokoh militan PKI seperti
Alimin, Djoko Sudjono dan Siauw Giok
Tjan. Semua penerbitan yang
berafiliasi PKI turut diberangus, percetakan
disegel, poster-poster dan sapanduk-spanduk dibersihkan dan diganti
dengan poster- poster bertuliskan “kami hanya mengakui pemerintah Soekarno-Hatta”.
Setelah Madiun berhasil direbut TNI, Musso dan
pengawalnya melarikan diri ke arah
ponorogo, sementara TNI melakukan pengejaran terhadapnya. Dalam kejar-kejaran terjadi saling tembak hingga kuda delman
tertembak. Musso berlari dan bersembunyi di sebuah
kamar mandi di sebuah pemandian umum. Satu peleton tentara mengepung dan kembali
terjadi baku tembak.
Ketika keluar kamar
mandi, Musso tertembak dua kali.
Sementara itu Amir Syarifudin telah diketahui bertahan
di hutan jati di pegunungan sekitar Klambu. Akibat pengepungan yang rapat ini, ditambah dengan bantuan
alam yang berupa hujan hampir setiap hari, Amir Syarifudin dapat ditangkap untuk kemudian dibawa ke solo untuk
mmepertanggungjawabkan segela perbuatannya di
meja hijau.
2. Pemberontakan PKI 1965 / G.30S PKI
Terlepas dari ke 5 teori tentang peristiwa berdarah G 30
S PKI yang terjadi di Indonesia.
Sepak terjang PKI masih begitu terasa memilukan dan merupakan perjalanan sejarah
yang kelam bagi perjalanan politik Indonesia pada awal kemerdekaan.
Peristiwa G30S/PKI atau biasa disebut
dengan Gerakan 30 September merupakan
salah satu peristiwa
pemberontakan komunis yang terjadi pada bulan September sesudah beberapa tahun Indonesia
merdeka. Peristiwa G30S PKI terjadi di malam
hari tepatnya pada tanggal 30 September tahun 1965. Dalam sebuah kudeta, setidaknya ada 7 perwira
tinggi militer yang terbunuh dalam peristiwa tersebut.
Lulus dari akademi militer pada tahun 1961 dengan pangkat
letnan dua, Tendean menjadi Komandan
Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan. Setahun kemudian, ia mengikuti pendidikan
di sekolah intelijen di Bogor. Setamat dari sana,
ia ditugaskan di Dinas Pusat Intelijen Angkatan
Darat (DIPIAD) untuk menjadi mata-mata ke Malaysia sehubungan dengan konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia,
bertugas memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah untuk menyusup ke Malaysia. Pada tanggal 15 April 1965,
Tendean dipromosikan menjadi letnan
satu, dan ditugaskan sebagai
ajudan Jenderal Besar
TNI Abdul Haris Nasution.
Saat itu tanggal 1 Oktober dini hari pukul 03.30 WIB, di
Ruang tamu, Lettu Piere sedang
beristirahat, tanggal 30 September keamrin seharusnya dia pulang ke Semarang untuk merayakan ulang tahun ibunya,
tapi karena tugasnya
sebagai pengawal jendral
AH. Nasution, ia harus menundanya. Di saat beristirahat inilah dia
mendengar keributan, sebagai seorang
pengawal, iapun bergegas mencari sumber keributan tersebut. Piere kaget karena penyebabnya adalah pasukan Cakrabirawa,
meraka lantas mengepung dan menodongkan
senjata. Piere tak berkutik. Melihat hal yang tak beres demi melindungi atasannya, Piere mengaku jika dirianya
adalah Jendral Nasution yang dicari pasukan Cakrabirawa.
“Saya jendreal Nasutiom” serunya kepada pasukan cakrabirawa. Pasukan Cakrabirawapun langsung membawanya ke
lubang buaya untuk disiksa dan akhirnya dibunuh dengan
cara yang keji.
Tembakan dari pasukan cakrabirawa seketika melesat, masuk
ke tangan Adik Ipar Johana ibu Ade
Irma Suryani Nasution, lalu menembus punggung gadis kecil Ade. Darah membasahi tubuh si mungil yang tak berdosa
itu hingga menggenang ke lantai. Ade Irma sempat bwa ke RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat) untuk diberikan
pertolongan. Ade irma sempat bertanya ke pada mamanya “kenapa Ayah mau
dibunuh, mama? Ade Irma Suryani,
Akhirnya mengembuskan tanggal 6 Oktober 1965. Di depan nisan anaknya AH nasution menuliska kata-kata “Anak saya yang
tercinta, engkau telah mendahului gugur
sebagai perisai ayahmu”.
Lalu siapakah yang harus bertanggung jawab terhadap
tragedi berdarah ini?. Dipa Nusantara Aidit merupakan salah seorang dalam kebinet Dwikora,
sekaligus ketua Central
Committee (CC) Partai Komunis Indonesia. Dialah yang dianggap
oleh pemerintah Orde baru, bertanggung jawab atas gerakan 30
September 1965 (G 30 S PKI). Pada tahun 1965 PKI kembali berhasil
menjadi partai besar no 4 di Indonesia sebelum
terjadinya peristiwa di Lubang
Buaya.
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sejak
itu pula presiden Soekarno mengenalkan “Demokrasi Terpimpin”. Demokrasi Terpimpin
oleh satu orang yaitu presiden Sekarno. PKI menyambut “Demokrasi
Terpimpin” Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai
mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis
yang dinamakan NASAKOM.
Sejak Demokrasi Terpimpin secara resmi dimulai, Indonesia
memang diwarnai dengan figur Soekarno yang menampilkan dirinya sebagai penguasa
tunggal di Indonesia. Soekarno juga menjadi
kekuatan penengah antara kelompok politik
besar yang saling mencurigai
|
Usul pembentukan angkatan ke 5 selain AD-AU-AL-Polisi yang dikemukakan oelh PKI pada Januari 1965,
diakui memang semakin
memperkeruh suasana terutama dalam hubungan antara
PKI dan AD. Tentara telah
membayangkan bagaimana 21 juta petani
dan buruh bersenjata, bebeas dari
pengawasan mereka. Bagi para petinggi
militer ggasan ini bisa berarti pungkuhan aksi politik yang matang, bermuara pada dominasi PKI yang hendak mendirikan pemerinahan komunis
yang pro RRC (Republik Rakyat
Cina) yang komunis
di Indonesia. Usulan ini akhirnya memang gagal
direalisasikan. Oleh karena itu akhirnya PKI meniupkan isu
dewan jendral di tubuh AD yang
tengah mempersiapkan suatu kudeta. Dan PKI memperkuat aksi fitnah dengan
menyodorkan “dokumen Gilchrist” |
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak
merampas tanah yang bukan hak mereka
atas hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi dan para pemilik
tanah. Bentrokan-bentrokan tersebut
dipicu oleh propaganda PKI yang menyatakan bahwa
petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli
tanah siapapun (milik
negara = milik bersama).
Tepatnya tanggal 1 Oktober dini hari pasukan Cakrabirawa
dibawah pimpinan letnan kolonel
Untung secara memualai
aksinya dengan target melakukan aksi penculikan
terhadap 7 jendral. Pasukan Cakrabirawa bergerak dari lapangan
udara menuju Jakarta daerah selatan.
Tujuh jenderal tersebut adalah
Ahmad Yani. MT Haryono
D.I Panjaitan yang langsung dibunuh
dirumah masing-masing, sementara
Soeprapto, S.Parman dan
Sutoyo ditangkap hidup-hidup kemudian disiksa dan dibunuh oleh PKI, Satu target PKI lolos dan mampu melarikan
diri ketika segerombolan pasukan Cakrabirawa mengepung
rumahnya, dia melompat
pagar rumah dubes Irak yang bersebelahan
rumah. Jenazah para korban lalu dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah
lubang buaya.
Jam 7 pagi, Radio Republik
Indonesia (RRI) menyiarkan sebuah pesan yang berasal
dari Untung Syamsuri, Komandan Cakrabiwa bahwa G30S PKI telah berhasil diambil alih di beberapa lokasi stratergis
Jakarta beserta anggota militer lainnya. Mereka bersikeras bahwa gerakan tersebut sebenarnya didukung oleh CIA
yang bertujuan untuk melengserkan Soekarno dari posisinya.
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak tanggal 1
Oktober 1965 sore hari. Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat direbut kembali
tanpa pertumpahan darah oleh satuan RPKAD di bawah pimpinan
Kolonel Sarwo Edhi Wibowo,
pasukan Para Kujang/328 Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri. Setelah diketahui bahwa basis G 30 S/PKI berada di
sekitar Halim Perdana Kusuma, sasaran diarahkan
ke sana. Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan RPKAD di bawah komando Kolonel Sarwo Edhi
Wibowo atas perintah Mayjen Soeharto. Pada pikul 12.00 siang,
seluruh tempat itu telah berhasil
dikuasai oleh TNI – AD.
Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD
yang dipimpin oleh Mayor C.I Santoso
berhasil menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah usaha pencarian perwira TNI – AD dipergiat dan atas
petunjuk Kopral Satu Polisi Sukirman yang menjadi tawanan G 30 S/PKI, tetapi berhasil melarikan
diri didapat keterangan bahwa para perwira TNI – AD tersebut dibawah ke
Lubang Buaya. Karena daerah terebut diselidiki
secara intensif, akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1965 titemukan tempat
para perwira yang diculik
dan dibunuh tersebut.. Mayat para perwira
itu dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang bergaris tengah ¾ meter
dengan kedalaman kira – kira 12 meter, yang kemudian
dikenal dengan nama Sumur
Lubang Buaya.
Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang Buaya dilanjutkan kembali
(karena ditunda pada tanggal 13 Oktober pukul 17.00 WIB hingga keesokan
hari) yang diteruskan oleh pasukan
Para Amfibi KKO – AL dengan disaksikan pimpinan sementara TNI – AD Mayjen Soeharto. Jenazah para
perwira setelah dapat diangkat dari sumur tua
tersebut terlihat adanya kerusakan fisik yang sedemikian rupa. Hal
inilah yang menjadi saksi bisu bagi
bangsa Indonesia betapa kejamnya siksaan yang mereka alami sebelum wafat.
Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI – AD
tersebut dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata yang sebelumnya disemayamkan di Markas Besar Angkatan
Darat. Pada tanggal
6 Oktober, dengan surat keputusan
pemerintah yang diambil dalam Sidang Kabinet Dwikora, para
perwira TNI – AD tersebut ditetapakan sebagai
Pahlawan Revolusi.
C.
Rangkuman
a.
Peristiwa Madiun adalah sebuah
konflik kekerasan yang terjadi di Jawa Timur
bulan September – Desember 1948. Peristiwa ini diawali dengan diproklamasikannya
negara Soviet Republik Indonesia pada tanggal 18 September 1948 di Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis
Indonesia yang didukung oleh Front demokrasi rakyat yang
dibentuk oleh mantan Perdana mentri Amir Syarifudin.
b.
pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet
Amir Syarifuddin pada tahun
1948. Kabinet Amir Syarifuddin jatuh
disebabkan oleh kegagalannya dalam perundingan Renville
yang sangat merugikan
Indonesia.
c.
Bersamaan dengan itu terjadi
penculikan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di
Madiun, baik itu tokoh sipil maupun militer di pemerintahan ataupun
tokoh-tokoh masyarakat dan agama.
d.
Pada tanggal 19 September 1948
Ketika terdengar berita bahwa di Madiun telah
terjadi perebutan kekuasaan
yang dilakukan oleh PKI Muso, maka dengan ppresiden
Soekarno memberi perintah langsung kepada Jendral Soedirman untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.
e.
G
30S PKI merupakan gerakan yang tujuan utamanya
untuk menurunkan (mengkudeta) presiden RI pertama, Soekarno
agar dapat menguasai Indonesia dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis.
f.
Sebelum mulainya gerakan G30S PKI,
awal mula kecurigaan masyarakatnya terjadi pada bulan Juli 1959 ketika parlemen
dibubarkan dan Sukarno
menetapkan konstitusi di bawah
dekrit presiden dengan PKI berdiri di belakang, memberikan dukungan
penuh kepada presiden Soekarno.
g.
Penolakan rencana embenrukan angakatan
ke 5 yang dikemuakkan oleh PKI memnjadi pemeicu semakin ekruhnya suasana
terutama dalam hubungan internal antara AD dan
PKI.
h.
PKI meniupkan isu tentang
dewan jenderal di tubuh AD yang tengah mempersiapkan suatu kudeta.
i.
Kekacauan ini memicu adanya gerakan G30S PKI. Peristiwa G30S/PKI dimulai pada tanggal 1 Oktober dini hari, dimana kelompok pasukan
bergerak dari Lapangan
Udara Halim Perdana
kusuma menuju daerah selatan Jakarta
untuk menculik 7 jendral yang semuanya
merupakan anggota dari staf tentara.
j.
Ketujuh target merupakan jenderal
TNI. Ketujuhnya yakni Ahmad Yani, M.T. Haryono, D.I. Panjaitan, Soeprapto, S.
Parman, Sutoyo, dan target utamanya adalah Jendral Abdul Harris Nasution.
k.
G
30S PKI merupakan gerakan yang tujuan utamanya
untuk menurunkan (mengkudeta) presiden RI pertama,
Soekarno agar dapat menguasai Indonesia
dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis.
l.
Sebelum mulainya gerakan G30S PKI,
awal mula kecurigaan masyarakatnya terjadi pada bulan Juli 1959 ketika parlemen
dibubarkan dan Sukarno
menetapkan konstitusi di bawah
dekrit presiden dengan PKI berdiri di belakang, memberikan dukungan
penuh kepada presiden Soekarno.
m.
Penolakan rencana embenrukan angakatan
ke 5 yang dikemuakkan oleh PKI memnjadi pemeicu semakin ekruhnya suasana
terutama dalam hubungan internal antara AD dan
PKI.
n.
PKI meniupkan isu tentang
dewan jenderal di tubuh AD yang tengah mempersiapkan suatu kudeta.
o.
Kekacauan ini memicu adanya gerakan G30S PKI. Peristiwa G30S/PKI dimulai pada tanggal 1 Oktober dini hari, dimana kelompok pasukan
bergerak dari Lapangan
Udara Halim Perdana
kusuma menuju daerah selatan Jakarta
untuk menculik 7 jendral yang semuanya
merupakan anggota dari staf tentara.
p.
Ketujuh target merupakan jenderal
TNI. Ketujuhnya yakni Ahmad Yani, M.T. Haryono, D.I. Panjaitan, Soeprapto, S.
Parman, Sutoyo, dan target utamanya adalah Jendral Abdul Harris Nasution.
NAMA : TIKA FITRIANI
BalasHapusKELAS : XII IPS 1